(Flashback, Memori Setaun Lalu yg Tak Kan Pernah Terlupakan)
Kendal, Kamis 09 Juni 2016 M./ 04 Romadlon 1437 H.
Pagi itu merupakan pagi yg sangat membingungkan sekaligus menghantamku... Bagaimana tidak.. ketika malamnya ku menganggap mendapat kado harapan dari kampus yang kini ku diami, atas satu keringanan biaya tanggungan, hingga menyemangatkan ku di pagi hari itu, tuk mengaji di ndalem dengan Gus Farid...
Bak Suka Dalam Duka[1]
ketika kuparkirkan motor ku di depan pondok, ada sedikit keganjalan hati saat itu, di pagi buta itu, kumerasakan hawa keramaian yang mana kudapati ketika
pada saat itu pula ku berpapasan dengan Yai Krisno...
Menyembunyikan kegusaran itu, senyum pun kukembangkan dan mendekati beliau serta menyalaminya. Kemudian ku langsung menuju ndalem tanpa berfikir panjang mengapa dan ada apa
gerangan beliau ada disini dengan mimik yg tidak biasa...
Dan
ketika ku sampai ndalem.. Ada apa ini?
Lantunan yasin pun terdengar serempak...
Diantara kebingungan itu ku hanya duduk tak
berkomentar dan mengikuti alunan itu. 1x 2x 3x.. Kang Ahsan pun
datang disusul Kang Muji dan Arul... Ada apa ini? Batinku.. 4x 5x.. bosan pun mulai terasa karna disaat itu terhitung
masih awal puasa...
Di akhir penasaran yang tak dapat lagi kutahan ketika mereka bertiga
mengbrol sesuatu yg tak kupaham maksud arahnya..
Hingga kuberanikan tuk tanya
blak blakkan pada Kang Ahsan... Jelas saat itu kang Ahsan dan lainnya pun
keheranan dan akhirnya jawaban itupun terlontar kan.. "ue ra ngerti nak mbah yai sedo?", jawabnya. Haa mksude?.., "mbah yai sedo!", seperti memperjelas.. antara tak
percaya dan tak begitu yakin dijelaskannya pun semua hingga ku sadar betul
sebab arah lantunan tiada henti itu...
Entah apa yg ku rasa saat itu.. saat itu kuhanya terbisu tak menentu.. hingga
semua yg tak tertahankan ku larikan ke pondok yg bersusana sunyi kala iyu..
masih saja tak menerima karna masih meragukan akan semua itu...
hanya tumpukan rasa yg bercampur baur kutumpahkan begitu saja linangan
tak terhenti.. apalah dikata apalah dirasa apalah disangka.. jelas baru
seminggu kemaren ku menjenguknya.. melihat keadaannya yg dikata lebih baik dari
sebelum sebelumnya...
Namun
pagi itu yaa pagi itu.. entah lah
Hanya
sesal yang tak kan pernah terlupa hingga kapanpun...
Dan
ketika mereka pandai mendeskripsikan mu.. ku hanya diam seribu kata.. mulut
membisu tangan pun tersandar kaku.. bukanya ku tak tahu tentang dirimu.. bukannya ku tak faham tentang tindak lampah mu.. tapi seperti tak pantaslah ku mengambarkannya..
karna ku yakin pendiskripsian ku terhadap mu belumlah cukup sopan menggambarkan
apa yang ada pada dirimu...
Mungkin cukup sajalah mereka yang melukiskannya.. sedang
hanya bisa berusaha meresapi setiap untain kata pujian tentang mu.. Cukuplah
kumeresapi setiap Sudut Pandang[2]
yg menjadi True Story in My Life[3],
Ketawadluanmu[4],
Pepeling - Pepeling[5]
mu itu, terutama masalah Ngaji Kuwi Nomer Siji[6]
yang memanglah panjenengan Bukanlah Guru Biasa[7]
dan lain seterusnya, menjadi panutan bagi semua[8]..
Dan
saat ini, atau mungkin seterusnya, setiap peringatan hari kelahiranku tiba.. hanya dirasa seperti terulang
kembali memory perasaan itu.. yah memang sepantasnya hari kelahiran bukan tuk
dirayakan dengan suka cita.. tapi sebagai pengingat akan berkurangnya masa
(Pesan Kematian[9])...
seseorang di dunia...
Getun
gelo tak adalah guna.. Saat ini yg ku harap hanya barokah dan keridloan mu.. yai
(Teruntuk
Sang Guru tercinta, salam ta'dzim ku padamu, atas segala rohmahmu yg telah kau
curahkan pada seorang yang sangat dloif sepertiku, maafkan daku akan segala gala kesalahan
kesembronoan dan ketidak sopanan ku krna kebodohan dan ketidak tauan diri ku,
ku hanya berharap ikhlas nan ridlomu, agar segala pengajaranmu dapat barokah
nan manfa'ah)
Yogyakarta, 8 Juni 2017
Post a Comment for "(Flashback, Memori Setaun Lalu yg Tak Kan Pernah Terlupakan)"