Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Upacara di Daerah Kendal (Bag 3)



Sedikit berbeda dengan daerah lainnya, masyarakat di daerah Kendal yang merupakan bentuk masyarakat Jawa Tengah yang menganut budaya pesisiran. Mengingat bahwa kebudayaan yang menjadi ciri khas adalah budaya pesisiran maka tentu saja ritual-ritual perkawinan yang ada pada masyarakat ini berbeda dengan masyarakat yang ada pada negarigung yaitu masyarakat Jawa yang tinggal di daerah sekitar keraton Kasunan Surakarta maupun kasultanan Yogyakarta. Perbedaan itu dapat berupa perbedaan urutan pelaksanaan upacara, nama upacara yang dilaksanakan atau bahkan ada beberapa upacara yang ada di negarigung tidak ada di daerah pesisir. Hal ini terjadi mungkin karena daerah pesisir berada jauh dari pusat pemerintahan keraton pada waktu dulu sehingga pengaruh budaya keraton mulai memudar seiring berkurangnya hegemoni keraton Jawa kepada seluruh masyarakat Jawa.
Dalam prosesinya masyarakat Kendal tidak mengenal yang namanya nontoni, tetapi langsung pada prosesi melamar/meminang, setelah meminang disebut bundelan (hampir sama dengan paningset dan seserahan).
o   Bundelan yaitu prosesi kunjungan rombongan keluarga pihak laki-laki kepada pihak perempuan di kediaman perempuan. Biasanya rombongan ini berjumlah kurang lebih 20 orang. Calon mempelai laki-laki tidak mengikuti prosesi ini.. Biasanya acara ini diadakan pada malam hari. Acara ini diikuti oleh selamatan dan pengajian yang dihadiri oleh kyai setempat yang biasanya sangat dihormati.  Acara dimulai setelah solat Isya. Beberapa perangkat yang harus dibawa oleh pihak laki-laki adalah Ketan Salak (ketan dan wajik), Cincin kawin, Golong (nasi beserta lauk pauk yang di bungkus dengan daun pisang), salin (pakaian untuk pihak perempuan) dan Juwadah Pasar (berbagai macam makanan seperti buah-buahan, krecek, kembang goyang, nagasari, wajik, jenang, poci, bis toban, lemeng, dll.).
o   Nngajak mantu, merupakan pertemuan antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan (bapak ibu atau orang yang dianggap tua, kedua mempelai tidak diikutkan dalam prosesi ini) tentang penetapan hari dan tanggal dilaksanakannya ijab Kabul.
o   Selapanan, merupakan prosesi selamatan yang dilaksanakan selapan (40 hari) sebelum hari-H. Kegiatan ini dilaksanakan di masing-masing keluarga mempelai. Baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Inti dari selamatan ini adalah meminta keselamatan kepada Tuhan agar kegiatan pernikahan itu akan berjalan dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Selamatan ini dihadiri oleh tetangga sekitar rumah kedua mempelai di rumah masing-masing.
o   Ulem-ulem dilaksanakan seminggu sebelum hari-H. Isinya adalah selamatan di rumah kedua mempelai. Kemudian setelah selamatan selesai para pemuda dikumpulkan untuk dapat membagikan surat undangan. Sebelum dibagi surat undangan para pemuda itu disuguhi makanan yang isinya nasi dengan lauk iwak teri (ikan teri) dan kengseng tawon (rumah tawon). Makna dari ini adalah agar nantinya orang yang datang akan banyak seperti berkumpulnya ikan teri dan berkumpulnya tawon pada rumahnya. Tanggal pernikahan ini pada pihak perempuan lebih dulu daripada pihak laki-laki. Karena acara besar perkawinan akan dilaksanakan di rumah mempelai wanita.
o   Setelah itu ialah Sasrahan (berbeda dengan sasrahan yang biasa dikenal dengan hantaran) yang merupakan acara penting. Sebab pada prosesi ini akan diucapkannya ijab Kabul. Acara ini biasanya berlangsung pada malam hari (biasanya setelah isya) dengan format selamatan dan pengajian. Pihak keluarga laki-laki dan mempelai pria datang ke rumah keluarga mempelai wanita dengan disambut oleh iringan musik rebana. Pihak laki-laki membawa : mas kawin (uang, seperangkat alat solat, pakaian wanita, tapih nini atau kain untuk pakaian orang tua), mendha atau kambing serta jajan pasar. Setelah ijab Kabul selesai kemudian kedua pengantin dipertemukan. Prosesi selanjutnya adalah ritual ngirim dowo (syukuran lagi pada kedua belah pihak).
o   Setelah itu ada resepsi/mantu, yaitu acara dimana kedua mempelai menjamu para tamu dan mereka mendapat ucapan selamat dari para tamu. Acara inilah yang biasanya terlihat besar. Kadang bagi yang mampu ada yang menghadirkan hiburan organ tunggal atau dang-dutan. Sesajen yang ada pada meja penganti adalah: krecek dawa, gedang ijo, gedang kuning, kembang setaman, kembang jambe, bola dom (benang dan jarum), sisir, silet, kain mori. Inti dari saji adalah supaya selamat semuanya.
o   Selanjutnya Iring-iring yang dilaksanakan tepat satu hari setelah acara di pihak perempuan. Rombongan pengantin datang ke pihak keluarga laki-laki untuk melaksanakan mantu yang ke dua. Sebelumnya ada ritual dimana pengantin laki-laki menyapu arena rumah mempelai perempuan kemudian pengantin perempuan nadhahi sampah yang disapu pengantin laki-laki. Hal ini bermakna bahwa kedua belah pihak telah siap untuk bekerja sama mengarungi kehidupan bersama. Malamnya diadakan acara selamatan dan pengajian.
o   Pada pagi hari setelah acara iring-iring dilaksanakan luwaran adalah acara selamatan. Hal ini merupakan wujud syukur pada Tuhan bahwa acara telah dilaksanakan dengan  lancar dan tiada hambatan.
Terakhir Selapanan yang kedua ini dilaksanakan selapan atau 40 hari setelah hari-H. isinya adalah selamatan serta merupakan tanda secara resmi bahwa rangkaian upacara perkawinan telah selesai. Dilaksanakan pada waktu malam biasanya setelah isya. Setelah prosesi selesai warga yang diundang diberi berkat yaitu nasi beserta lauk pauknya yang dimasukkan dalam besek.[1]


[1] Muh Taufiq, Perkawinan Adat Jawa..., diakses 23 November 2017.

Post a Comment for "Upacara di Daerah Kendal (Bag 3)"