Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemuda dan Warisan Adilihung Bangsanya

Kita yang muda, jangan pernah melupakan warisan dari para leluhur kita, baik dari segi historis maupun nilai-nilai dan peninggalan berharga lainnya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak meninggalkan sejarah bangsanya sendiri, maka jangan sekali-kali melupakan sejarah. Begitulah salah satu pesan Sang Proklamator kepada kita.

Para leluhur kita mewariskan banyak sekali peninggalan yang patut kita terus kaji ulang. mulai dari kekayaan kasustraan hingga bangunan-bangunan candi dan peninggalan lainnya yang menyimpan sejuta makna. Penggalian harus terus berlanjut, karena hingga saat ini, masih banyak hal-hal yang belum tergali secara utuh dan menyeluruh, begitupun dalam hal publikasi yang belum semua khalayak mengetahui.

Kita sepatut menyadari, bahwa kita tinggal di tengah kekayaan atas keberagaman yang majemuk ini. Sedangkan perbedaan merupakan sumber utama terjadi gesekan yang dapat memantik api pertikaian hingga perpecahan. Oleh leluhur kita, dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, telah mengajarkan kita tentang bagaimana cara mengelola kebinekaan ini agar selalu tetap dalam kesatuan, ketunggalikaan.
Bagaimana cara menghargai setiap perbedaan, baik perbedaan pilihan, pendapat, ras, suku ataupun keyakinan; tidak mudah tersulut oleh api pemantik yang sengaja menyulut keributan; serta, senantiasa menjadikan setiap perbedaan sebagai bahan dialektika (dealectic material) dan penambah wawasan, atau istilah tradisionalnya, melek dunyo. Sebagaimana salah satu nilai dalam agama Islam, yang menyatakan perbedaan sebagai rahmat. Rahmat yang patut disyukuri, bukan diingkari.

Dalam ajaran Kasusastraan Jawa, persisnya dalam Serat Kalidata karangan Pujangga Ronggowarsito, telah mengingatkan kita yang hidup di era saat ini, untuk senantiasa memegang teguh pesannya, Sakbegja-begjane wong kang lali luwih begja wong kang eling lan waspada (Seberuntungnya orang lupa diri, masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada). Mengingat beraneka ragam versi dari informasi yang berseliweran (information overload), kita yang muda, semestinya lebih jeli dalam melakukan penyaringan. Memilih dan memilah mana saja informasi-informasi yang patut kita jadikan pedoman maupun yang layak kita sebarluaskan.

Begitu banyaknya informasi, baik yang mengangat peristiwa masa lalu, maupun keadaan saat ini, tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman (miscommunication) dan rawan memicu keributan (chaos). Karena sejarah tergantung oleh siapa yang menulisnya, maka tidak mengherankan bila muncul beragam versi yang terkadang membingungkan, antara mana yang otentik dan mana yang abal-abal bernada kepentingan.

Sebagai pemuda, seyogyanya terus menjaga obyektivitas, baik dalam berfikir maupun berkarya. Metode saring sebelum sharing patut menjadi pedoman, agar tidak mudah tertipu ataupun tersulut oleh api pemantik pertikaian. Paribasan Ajining diri dumunung ana ing lathi (nilai dari kepribadian diri terletak pada ucapan/perkataan), apapun yang kita lakukan menjadi sorotan, setidaknya oleh orang-orang di sekitar kita dan anak cucu kita ke depan. mengingat di era saat ini, semua telah terbackup dalam jejak digital.

Alangkah baiknya, di tengah kondisi saat ini, falsafah jawa mikul dhuwur mendhem jero (memikul setinggi-tingginya, memendam sedalam-dalamnya), menjadi salah satu pengingat bagi kita, untuk selalu menjunjung tinggi martabat orang tua dan para leluhur kita. Sebagaimana unggah-ungguh-nya, mereka selain lebih tua dari kita, jauh lebih banyak makan asam garam kehidupan, pun tak elok kiranya jikalau kita mengumbar kekurangan yang menjadi aib bagi mereka. Karena pada saatnya, kita pun akan seperti mereka, yang menginginkan para penerus kita nanti, tetap menjaga martabat kita dan tidak mengungkit bahkan meniru segala kekurangan kita.

Masa lalu merupakan pengalaman yang mengandung banyak pelajaran dan renungan. Masa depan merupakan akibat dari apa yang sedang kita kerjakan saat ini. Seorang pemuda tidak sepatutnya terus menerus tenggelam dalam kegalauan, lebih-lebih putus asa di tengah jalan. Karena tidak ada kata gagal bagi mereka yang mau terus mencoba, terus berkarya, terus mengembangkan kreativitas, tidak mengenal kata berhenti belajar dan terus berbagi dan menebar kebaikan untuk semua. Semoga tulisan singkat ini menjadi pemantik semangat bagi penulis dan pembaca untuk terus berkaya dan tidak berhenti belajar, berdoa dan berusaha. Sekian. Maturnuwun. Mugi Rahayu Sagung Dumadi. Salam kedamaian untuk kita semua. Merdeka!

Post a Comment for "Pemuda dan Warisan Adilihung Bangsanya"