Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sepenggal Sajak Kamardikan

Pagi tadi langit sempat mendung mengabarkan duka

dari arah selatan tempat diri ini bersandar
Corong langgar mewartakan :
"Sampun katimbalan marak sowan wonten ing pangayunaning Gusti Kang Murbeng Dumadi"
Anak negeri dari ujung selatan bumi Pertiwi
Kan segera dihantarkan dalam pelukan hangat ibu bumi
Kembali manunggal dengan sang Bapa Angkasa, Hyang Widhi, di Mayapada, semoga.

Sedang malam tadi hingga saat ini dan seharian nanti
Arakan pesta sedang tergelar
Merayakan kemahardikaan negeri
Nagari panjang punjung pasir wukir gemah ripah loh jinawi, Indonesia
Berlambangkan Garuda perkasa dengan Bhineka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa semboyannya
Berdayakan gotong royok boyong dalam kamanunggalan merah putih tandanya

Hari ini pesta pora mewarnai penjuru negeri
Sorak sorai peserta lomba diiringi arakan karnaval dengan alunan musik riang berdendang
Lengkap dengan teriakan lantang sang komandan upacara seolah memekikkan kata : Merdeka!!
Tentang luapan gelombang euforia walau sejenak

Kendati di ujung selatan atau mungkin juga di sudut lain negeri
Kabut duka tebal menyelimuti
Isak tangis beriringan lantunan tahlil dan ayat suci
Takziyah melayat Mengantarkan kepergian mendiang kembali pulang ke kampung halaman, Robbul Izzati

Sementara aku dengan pagiku yang beku
Sepi membisu tandas hingga ke lorong-lorong waktu
Rasa yang sontak menganga hanya menyisakan ngilu
Bilamana tingkah polah kucing kecil tak segera menyadarkan
Teriakan dedaunan kering minta disapu
Begitupun semrawut kamar lelaki bujang minta dibenah
Sedang tumpukan sampah minta dibakar
Dan keapekan sandang minta direndam

Oh shofi, Oh Ulfi,
Banyak juga tumpukan fatamorganamu yang membungkam diri
Kerap lalai lena hanyut tenggelam dalam pesona mayamu
Bak kemarau panjang yang binal menderu
Teringkus dalam kedangkalan dan sengkarut lingkaran setan yang kelindan mengekang
Lalu dimanakah letak merdeka ku itu?

Mungkin benar, urusan negara biarlah mereka yang pegang
Semoga musim semi segera datang
Menyulut pelita di sekian sudut penjuru praja
Menghidupkan kembali jiwa-jiwa merdeka
Bergerak lepas terpadu dalam kesatuan semesta

Sampai titi wancinya,
Aku dan diriku, mesti kembali sengal tertatih
Meraih tapal batas waktu yang menghantarkan akan hakikat perdamaianku denganmu

Dan dikau, afi
Kembali memelukku, lewat bisikan lembutmu :
Isyarat hakikat kemerdekaanku















Post a Comment for "Sepenggal Sajak Kamardikan"